Sugeng Handoko : Pemuda Pelopor Pariwisata Dari Desa Nglanggeran Patuk

Sugeng Handoko : Pemuda Pelopor Pariwisata Dari Desa Nglanggeran Patuk

Keberadaan pemuda yang kreatif, inovatif, dan fokus untuk bersama memperjuangkan cita-cita masyarakat sekitar tentulah menjadi modal berharga menggerakkan roda pembangunan negeri ini. Sugeng Handoko salah satunya. Pemuda kelahiran Gunungkidul, Yogyakarta, 28 Februari 1988 ini mempelopori pengembangan pariwisata di Desa Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta yang secara intensif dilakukan sejak 2007. Ia mampu menggerakkan beberapa pemuda di tiga pedukuhan di Desa Nglanggeran untuk memilik tujuan yang sama, memajukan desanya dengan mengembangkan potensi wisata yang ada, dan berharap muara kesejahteraan warga.

“Dulu, setiap anak muda tamat SMA selalu meninggalkan desa ini. Karena tidak ada harapan lebih untuk bekerja di sini,” kata Sugeng Handoko. Sarjana Teknik Industri itu mengakui, sesungguhnya embrio dari kegiatan menjadikan Desa Nglanggeran kawasan wisata sudah dilakukan sejak 1999 oleh para pendahulunya, dengan kegiatan penanaman pohon. “Saat itu saya masih duduk dikelas lima SD dan sudah mengikuti aktivitas tanam pohon itu,” kata dia, berkisah.

 

Kepeloporan yang dilakukannya, berawal dari keprihatinan melihat potensi alam dan bentangan gunung batu seluas 48 hektare yang terbengkalai dan banyaknya penambangan batu dan pengambilan pohon secara tidak beraturan di lingkungan ia tinggal. Selain alasan isu lingkungan, tingginya tingkat urbanisasi yang terjadi di Desa Nglanggeran khususnya dan kabupaten Gunungkidul pada umumnya cukup tinggi.

 

Muncul keinginannya untuk mengubah paradigma tersebut, sekaligus menghapus konotasi negatif tentang Gunungkidul yang gersang, miskin, kerin dan tertinggal menjadi Gunungkidul yang memiliki potensi wisata alam khususnya dengan memperlihatkan keindahan Gunung Api Purba dengan segala potensi masyarakat dan Desa Nglanggeran.

 

Sugeng Handoko memulai langkah dalam kegiatan rintisan kawasan ekowisata ini dengan melakukan penguatan sumberdaya manusia dikalangan pemuda untuk memiliki mimpi dan tujuan yang sama menuju Desa Nglanggeran yang sejahtera, dengan pintu masuknya dari sektor pariwisata.

 

Berawal dari empat orang perwakilan dari tiga dusun, menjadi delapan orang, 15 orang dan saat ini mencapai 42 pemuda yang terbagun menjadi tim pengelola. “Hingga akhir 2013, seluruh tim yang terlibat sudah 107 orang. Tidak hanya dikalangan pemuda, saya juga melakukan sosialisasi dan pendekatan di tingkatan tokoh masyarakat dan warga tentang Desa Wisata ini, semuanya butuh proses panjang dan banyak mengalami hambatan maupun tantangan,” katanya.

 

Untuk mengangkat budaya di Desa Nglanggeran, pada 2009, Sugeng Handoko bersama tim pemuda Desa Nglanggeran menciptakan kegiatan Kirab Budaya dikaitkannya dengan rangkaian acara Bersih Desa yang sebelumnya belum pernah dilakukan.

 

“Banyak tentangan namun sebagian juga memberikan respon positif. Kerjasama dengan berbagai media pun dilakukan untuk meliput acara itu. Kami memberikan janji kepada masyarakat bahwa acaranya akan diliput tv, dengan pendekatan dengan tokoh masyarakat serta warga maka dilakukanlah Kirab Budaya pertama kali dengan penampilan potensi lokal, kesenian dan kreativitas masyarakat,” katamya.

 

Kegaiatan tersebut berjalan lancar dan masyarakat mempercayai dan merasa senang dengan kinerja para pemuda. Menurut Sugeng Handoko, “Sejak itu, kami memperoleh kepercayaan mutlak untuk pengembangan Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba,” ujarnya.

 

Tahap selanjutnya, untuk perkembangan Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba itu, tahap promosi dan juga pengumpulan dana untuk penambahan fasilitas menjadi pemikiran anak-anak muda ini. Cara paling tepat ketika itu (tahun 2010) dengan kondisi yang belum banyak campur tangan pemerintah, Sugeng Handoko dan kawan-kawan secara mandiri mengikuti beberapa lomba tingkat lokal dan nasional. Selain itu juga mengadakan kegiatan bermuatan pariwisata dengan mengangkat isu kepedulian lingkungan.

 

Seiring perkembangan, pengelola dan kualitas pariwisata yang dimiliki, pemerintah daerah memberikan perhatian dengan melakukan pendampingan serta bantuan untuk promosi yang lebih luas lagi. Prestasi di berbagai lomba tingkatan lokal dan nasional yang telah diraih juga menarik stakeholder untuk melakukan berbagai kerjasama. Perkembangan pengelolaan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran terus dilakukan oleh pemuda dengan mengangkat potensi lokal baik alam maupun budayanya hingga sekarang.

 

“Saat ini, kami terus berkembang dan mendapatkan kepercayaan lembaga-lembaga besar baik pemerintah maupun non pemerintahan untuk ikut menjalankan programnya,” kata dia. Contohnya dana Hibah CSR dari Bank Mandiri senilai Rp 300 juta, pembangunan Embung kebun Buah dengan lahan pertanian 20 hektare, Kerjasama dengan Pertamina, dan berbagai Universitas di Yogyakarta. “Kini kami menuju Geopark Internasional dibawah arahan Pemda dan Kementerian ESDM,” kata Sugeng Handoko.

 

Dan sekarang, Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Desa Nglanggeran telah dikenal dari berbagai kalangan masyarakat dari mahasiswa hingga wisatawan mancanegara. Untuk itu telah disediakan arena jelajah alam, perkemahan, outbond, camping, wisata  budaya dan ritual, panjat tebing, penelitian bebatuan dan kehutanan . “Bahkan menjadi arena liburan organisasi maupun kelompok, tempat malam keakraban (Makrab) berbagai perguruan tinggi, hingga sekadar datang untuk menikmati sunrise dan sunset di puncak Gunung Api Purba Nglanggeran,” kata Sugeng Handoko.

Sebuah perjalanan panjang menggerakkan masyarakat untuk berdaya. Dan tak ada yang mungkin. Kini, Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Desa Nglanggeran, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta makin dikenal sebagai salah satu destinasi unanggulan di Yogyakarta. Perlahan tapi pasti, masyarakat pun memperoleh efek ekonomi, dan kesejahteraan warga makin membaik.

Sumber : http://gunungkidulonline.com/sugeng-handoko-pemuda-pelopor-pariwisata-dari-desa-nglanggeran-patuk/