Kesenian Karawitan di Desa Wisata Nglanggeran

Kesenian Karawitan di Desa Wisata Nglanggeran

Desa Nglanggeran terletak di wilayah Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Nglanggeran secara administratif terbagi kedalam 5 dusun atau pedukuhan yaitu dusun Karangsari, Doga, Nglanggeran Kulon, Nglanggeran Wetan, serta Gunung Butak. Lima desa tersebut mempunyai ciri khas tersendiri jika dilihat dari kesenian yang dimilikinya, seperti yang dimiliki oleh desa Nglanggeran Kulon yang mempunyai kesenian karawitan atau alat musik tradisonal.

 

Kesenian karawitan merupakan kesenian tradisional turun temurun dari nenek moyang yang kemudian menjadi ciri khas dari warga Nglanggeran khususnya Desa Nglanggeran Kulon. Ciri khas dari kesenian karawitan tersebut terletak dibagian bentuk alat musik, bunyi alat musik maupun nama dari jenis alat musik tersebut. Kesenian karawitan yang ada di desa Nglanggeran Kulon saat ini telah memasuki generasi ke dua, dimana genersi pertama diawali oleh para sesepuh atau tetua kesenian sebelumnya. Untuk generasi ke dua ini dipimpin langsung oleh Bapak Teguh selaku pelatih dari kesenian karawitan di desa Nglanggeran Kulon. Kesenian tersebut sempat mengalami kevakuman, hal ini disebabkan telah usangnya peralatan dari kesenian karawitan tersebut. Kemudian pada tahun 2014 kesenian karawitan yang berada di Nglanggeran Kulon mendapat bantuan berupa peralatan gamelan dari pihak Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta. Dari tahun tersebut kesenian karawitan di desa Nglanggeran Kulon mulai digiatkan kembali dibawah pimpinan Bapak Teguh.  

 

Alat musik karawitan mempunyai nama yang tergolong unik jika dibandingkan dengan nama-nama alat musik lainnya. Selain dilihat dari penamaan, jenis maupun bentuk dari alat musik tersebut tergolong berbeda dari yang lain. Ragam alat kesenian karawitan Nglanggeran Kulon dapat dikatakan lengkap dua pangkon pelog dan slendro, diantaranya terdapat kempul, gong, saron, peking, bonang, rebab, siter, kendhang, kenong, kethuk, kempyang slenthem, gender dan gambang. Hal tersebut yang kemudian menjadi ciri khas dari kesenian budaya Jawa khususnya di Yogyakarta.

Keanggotaan dalam kelompok kesenian karawitan desa Nglanggeran Kulon dapat dikatakan sangat lengkap, hal ini dikarenakan partisipasi dari warga masyarakat sendiri sangat tinggi. Tidak hanya para sesepuh saja yang menjadi pengrawit atau pemain gamelan tetapi dari golongan muda pun tidak mau kalah untuk terlibat langsung dalam memajukan kesenian di desanya. Selain itu kelompok kesenian karawitan Nglanggeran Kulon terkadang berkolaborasi dengan para pengrawit-pengrawit atau penabuh gamelan dari luar desanya. Hal ini dimaksudkan agar mereka saling bertukar ide guna menambah wawasan seputar kesenian karawitan. Jika dilihat dari jumlah pengrawit muda dan tua tidak begitu jauh, dimana pengrawit muda berjumlah sekitar 11 orang sedangkan pengrawit tua berkisar 15 orang ditambah dengan para pesinden atau penyanyi. Untuk waktu berlatih biasanya dilakukan pada malam selasa bagi pengrawit muda, sedangkan bagi pengrawit sepuh dilaksanakan pada malam rabu dan kamis.

Kesenian ini selain untuk menguri-uri atau melestaraikan budaya Jawa juga dimaksudkan sebagai penanda atau ciri khas dari suatu desa. Kesenian karawitan biasanya ditampilkan saat event-event tertentu seperti bersih desa atau rasulan, malam satu sura, malam tujuh belasan maupun kegiatan-kegiatan penting lainnya. Selain itu kesenian ini sering dimainkan saat penyambutan tamu, baik wisatawan domestik maupun lokal. Penyambutan ini dimaksudkan agar mereka yang belum mengetahui kesenian tradisional dapat menambah wawasan pengetahuannya mengenai kesenian karawitan, sedangkan bagi mereka yang sudah mengetahui kesenian tersebut diharapkan dapat tetap melestarikan maupun menjunjung tinggi kesenian tradisional yang menjadi ciri khas dari budaya Jawa.

Selain itu terdapat pula hambatan-hambatan yang dirasakan langsung oleh kelompok kesenian karawitan Nglanggeran Kulon khususnya bagi Bapak Teguh sendiri, hambatan tersebut yaitu minimnya minat para warga untuk menjadi seorang sinden atau seniwati. Sinden merupakan sebutan bagi orang yang mempunyai kemampuan dalam menyanyikan lagu-lagu dengan notasi yang berasal dari alunan gamelan jawa. Bapak Teguh juga mengatakan bahwa memang susah ketika mencari orang yang benar-benar menguasai alunan atau notasi gamelan, karena tidak semua orang paham mengenai notasi gamelan kecuali bagi meraka yang benar-benar berkecimpung didunia seniman. Oleh karena itu cara untuk mengantisipasinya yaitu dengan mendatangkan sinden atau seniwati dari luar. Bapak Teguh juga menjelaskan mengenai pentingnya regenerasi bagi berlangsungnya kelompok kesenian karawitan di desa Nglanggeran Kulon. Beliau juga mengharapkan penuh bagi para kaum muda mudi untuk tetap melestarikan dan menjunjung tinggi kesenian budaya khususnya kesenian karawitan agar tetap terjaga eksistensinya.