Batik Ramah Lingkungan Khas Nglanggeran

Batik Ramah Lingkungan Khas Nglanggeran

Yogyakarta merupakan kota budaya yang terkenal dengan produksi batiknya, baik itu batik tulis maupun batik cap. Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Yogyakarta tanpa membeli batik khas kota Budaya tersebut. Biasanya wisatawan berburu batik di Malioboro atau Pasar Bringharjo.

Jangan salah, Yogyakarta juga memiliki banyak kampung batik maupun desa wisata yang memproduksi batik. Dari sekian banyak kampung yang memroduksi batik, salah satu yang cukup menarik adalah Desa Nglanggeran.

Desa Nglanggeran memiliki produksi batik yang cukup unik yang dikerjakan oleh Ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok batik di Desa Wisata Nglanggeran.  Dalam pengerjaannya mereka memiliki tempat khusus yang disebut dengan Griya Batik.

Lantas apa istimewanya batik Nglanggeran? Batik yang diproduksi oleh Desa Wisata Nglanggeran merupakan batik ecoprint, sehingga ramah lingkungan.

Teknik pembuatan batik ecoprint memanfaatkan berbagai jenis daun dan bunga yang tumbuh di alam bebas. Sesuai dengan namanya, ecoprint berasal dari kata eco atau ekosistem yang berarti alam dan print yang berarti mencetak. Batik ini dibuat dengan cara mencetak menggunakan bahan yang terdapat di alam sekitar sebagai pewarna, maupun pembuat pola motif. Bahan tersebut digunakan sebagai bahan pengganti cap atau cetakan layaknya batik tulis lainnya.

Daun dan bunga ditata acak di atas kain putih lalu dipukul pukul hingga membentuk motif yang diinginkan.

Setelah itu kain dilipat dan diikat lalu direbus kurang lebih selama 30 menit dengan tujuan untuk mengeluarkan corak atau warna dasar dari daun maupun bunga yang sudah dicetak. Setelah direbus kain dicuci dengan menggunakan “tunjung” atau karat besi dengan tujuan untuk mempertajam dan mengikat warna supaya tidak luntur. Bisa juga dengan menggunakana tawas, hasilnya akan lebih putih namun warna yang dihasilkan tidak terlalu tajam.

Setelah direndam dengan tunjung ataupun tawas, kain dibilas dengan air biasa lalu dijemur hingga kering. Jadilah batik ecoprint yang cantik. Keunikan lain dari batik ini adalah baik warna maupun motifnya tidak bisa diulang, sekalipun dengan bahan dan proses pembuatan yang sama.

Batik Nglanggeran benar-benar unik dan ramah lingkungan bukan? Jangan khawatir, ketika mengunjungi Desa Wisata Nglanggeran wisatawan juga bisa belajar dan ikut serta dalam pembuatan batik ecoprint.

                              

                            Eco-friendly Batik from Nglanggeran

Yogyakarta is an Indonesian cultural capital which famous for its batik production, both of Batik Tulis (written batik) or Batik Cap (Hand-stamp batik). It is not complete if you visit Yogyakarta without buying those special batiks. Tourists usually hunt batik at Malioboro or Beringharjo market.

There are also many batik villages and tourism villages that produce batik. One of the tourism villages that producing the unique and interesting batik is Nglanggeran. 

The unique batik from Nglanggeran is produced by housewives that become the member of PKK (Family Welfare Programme). They make batik in a Limasan (traditional Javanese architecture structures), called Griya Batik.

What the special things about the batik from Nglanggeran are? Batik from Nglanggeran is the kind of Ecoprint batik, it is eco-friendly batik.

The technique to make this batik used various kinds of leaves and flowers that grow in the wild. As the name implies, the word of Ecoprint comes from the words eco that means nature and print that mean stamp. This batik is made by stamping the fabric used leaves or flowers as the dyes, or pattern makers. Those materials are the substitute for the stamp or printed materials like the other Batik Tulis (Written Batik).

The leaves and the flowers are randomly arranged in the white fabric then beat those materials until the pattern is formed.

After that the fabric is folded and tied, then boiled it for about 30 minutes. The boiling aims to bring up the basic color and pattern of the leaves or flowers. Then, washed the fabric with tunjung (FeSO4) or Iron (II) sulfate in order to sharpen and to bind the basic color. It will make the color to be not faded. We can also change tunjung (FeSO4) with alum, but the result will be different. Alum will make the fabric cleaner, but the pattern will be not sharp. 

After being soaked with tunjung (FeSO4) or alum, wash the fabric with pure water, then dried it. The beautiful Ecoprint Batik is ready. Another uniqueness of this batik is both the color and motif cannot be repeated, even with the same material and process.

Batik from Nglanggeran is very unique and environmentally friendly, right? Do not worry, when visiting Nglanggeran Tourism Village, you can learn and participate in making Ecoprint Batik.