#IYMC13: Lulus Kuliah kok Kembali ke Desa?

Siapa sih hari gini, udah lulus S1 lalu mau pulang ke desa?

Semua orang pada umumnya akan lebih memilih menjadi pegawai, tinggal di kota dan menikmati segala kemudahan-kemudahan yang disediakan kehidupan moderen. Setidaknya begitu pula yang ada di benak teman-teman peserta #IYMC13 sebelum bertemu dan berdiskusi dengan Sugeng Handoko dan rekan-rekan dari Karang Taruna Bukit Putra Mandiri Gunung Kidul malam itu di Aula Simbok, Desa Wisata Penting Sari, Cangkringan.

Sugeng Handoko adalah salah satu pengelola Desa Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran Gunung Kidul. Desa Wisata ini kini menjadi penopang kehidupan warga masyarakat di wilayah kaki gunung berapi purba (gunung yag sudah tidak aktif lagi). Awalnya Sugeng dan pemuda Karang Taruna merasa prihatin dengan banyaknya penambangan batu di sekitar lereng gunung yang mengakibatkan hancurnya hutan di daerah kaki gunung. Mereka khawatir kampung mereka nantinya akan terkena longsor akibat hutan yang gundul. Untuk menghentikan penambangan, pemuda karang taruna mencoba mencari ide supaya kekayaan alam itu tetap bisa bermanfaat bagi warga tanpa harus merusak. Tercetuslah konsep ekowisata.

Sugeng dan kawan-kawan memulai merancang konsep dan program untuk mewujudkan ide ekowisata diawali dengan riset potensi sekitar baik alam, budaya maupun potensi masyarakat sekitar lereng gunung. Ia juga memanfaatkan media internet seperti blog dan media sosial untuk menyebarkan informasi mengenai potensi alam desanya. "Kami juga belajar dari tempat wisata lain yang juga punya logo yang mudah diingat" jelas Sugeng malam itu.

Bagaimana dengan modal untuk memulai semua itu? tanya peserta #IYMC13

"Tidak ada kecuali tekad" jawab Sugeng. Semua modal yang ada adalah dari potensi alam daerahnya dan anak-anak muda di Karang Taruna yang bertekad untuk membuat desanya mandiri. "Selain itu, dukungan warga masyarakat juga jauh lebih penting daripada uang". Apa yang dilakukan Sugeng dan Karang Taruna Bukit Putra Mandiri membuahkan banyak prestasi (bisa dibaca di http://kalisongku.wordpress.com/2012/10/04/sentra-pemuda-taruna-purba-mandiri-menjadi-juara-mbm-challange-bank-mandiri/) yang pada akhirnya dimanfaatkan untuk pengembangan ekowisata.

Menjadi desa yang mandiri benar-benar dibuktikan oleh Sugeng dan kawan-kawan dengan konsisten menolak tawaran investor-investor yang sudah melirik kawasan ekowisata yang mereka kelola. "Jika menerima investor, kita harus siap menjadi buruh mereka karena merekalah pemilik modal. Bagaimanapun, ini desa kami, tempat kami dilahirkan dan dibesarkan. Akan jauh lebih nyaman jika kami yang mengelola desa kami sendiri" jawab Sugeng.

Perjuangan Sugeng dan kawan-kawan tidak semudah ceritanya. Ia dan beberapa teman yang berhasil lulus sarjana juga sempat bersusah payah berusaha membuktikan kepada kedua orang tua masing-masing, yang berharap mereka menjadi pegawai negeri di kota. "Saya diterima di sebuah BUMN dan saya tidak mengambilnya, desa saya lebih membutuhkan keahlian saya" jelas Sugeng yang dilanjutkan oleh anggukan setuju dari kawan-kawan yang lain.

"Sekarang melihat keseriusan kami mengelola kawasan ekowisata yang tidak hanya mampu membuat kami mandiri secara ekonomi tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar, akhirnya orang tua kami-pun ikhlas" tambah Sugeng.

Pengalaman Sugeng dan Karang Taruna Bukit Putra Mandiri dengan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran membuat peserta #IYMC13 menyimpulkan bahwa kemandirian dapat dimulai dari hal-hal sederhana yang ada di sekitar. Kepekaan dan perhatian terhadap potensi sekitar dapat menjadi awal tercetusnya ide dan kreatifitas yang berbasis kekuatan dan potensi lokal. Darisitulah muncul kemandirian.

Nah, sudah lulus? Siap kembali ke desa?

Sumber : http://www.kampunghalaman.org/berita?id=62