Peresmian Griya Cokelat Nglanggeran akan diresmikan oleh Gubernur D.I. Yogyakarta
Griya Cokelat, sebuah pusat pengolahan Cokelat dan pusat oleh oleh berbahan baku kakao yang dibangun di Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba sekitar 1,5 KM dari Gunung Api Purba samping Nglanggeran Mart di Desa Wisata Nglanggeran, Kec. Patuk, Kab. Gunungkidul . Terbangunnya Griya Cokelat ini tidak langsung begitu saja terbangun, namun melalui tahapan dan proses panjang yang tidak instant. Diawali dari penanaman tanaman kakao pasca gempa bumi Jogja tahun 2006 oleh masyarakat Nglanggeran, dilakukan penelitian dan analisis ternyata masyarakat Desa Nglanggeran menyampaikan bahwa kakao adalah salah satu tanaman perkebunan yang paling memiliki nilai ekonomi saat itu. Sehingga sangat layak untuk dikembangkan.
Dalam upaya mengembangkan UMKM khususnya di Kabupaten Gunungkidul, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY (KPw BI DIY) bekerjasama dengan Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BPTBA-LIPI) serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Gunungkidul mengembangkan kakao berbasis agrowisata dan olahannya. Sinergi tersebut menghasilkan beberapa program pengembangannya berupa bantuan teknis dari budidaya sampai dengan pengolahan pascapanen. Program tersebut ditujukan bagi pengembangan UMKM pengolahan kakao Gapoktan ââ¬ÅKumpul Makaryoââ¬Âdi desa Nglanggeran. Selain program bantuan teknis, juga diberikan bantuan sarana dan prasarana berupa peralatan dan pembangunan rumah produksi, showroom yang diberi nama ââ¬ÂGriya Cokelatââ¬Â Nglanggeran, serta fasilitasi studi banding ke institusi pelaku kegiatan coklat yang lain.
Sebagai salah satu wilayah sumber penghasil kakao terbesar di Kabupaten Gunungkidul, Desa Nglanggeran juga merupakan desa percontohan untuk mengelola ekonomi lokal dalam bentuk usaha berbasis komunitas (Community Based Enterprise). Oleh karena itu strategi pengembangan produksi kakao di Nglanggeran merupakan perpaduan antara potensi sektor agro dengan berbagai komoditas yang ada, terutama Gunung Api Purba yang sangat potensial sebagai komoditas pariwisata yang dikemas dalam ââ¬Åpola agrowisataââ¬Â.
Pendampingan Klaster kakao telah dilakukan oleh KPw BI DIY sejak tahun 2014, bekerjasama dengan Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BPTBA-LIPI) serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan. Pada awalnya kakao yang tumbuh di lahan pekarangan bukan merupakan komoditas yang dianggap penting oleh masyarakat karena harganya yang tidak menarik (sudah ditetapkan oleh pembeli). Namun dengan pembentukan klaster kakao, saat ini masyarakat telah berhasil menjadikannya sebagai komoditas penting dengan mengolah kakao tersebut menjadi berbagai olahan antara lain dodol coklat, coklat instan aneka rasa, coklat praline dan coklat batang. BPTBA-LIPI dalam kerjasama ini berperan untuk melakukan alih teknologi olahan kakao melalui program IPTEKDA LIPI. Karena keberhasilan kelompok melakukan diversikasi berbagai produk olahan kakao, maka bahan baku yang tersedia tidak mencukupi lagi. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemda DIY telah memberikan bantuan berupa penanaman 1000 bibit kakao dan program intensifikasi pertanian yang diharapkan dalam beberapa tahun kedepan dapat meningkatkan produksi biji kakao sebagai bahan baku olahan kakao.
Peresmian ââ¬ÂGriya Cokelatââ¬Â dilakukan pada tanggal 2 Desember 2016 oleh Gubernur DIY Hamengku Buwono X serta dihadiri oleh Bupati Gunungkidul Hj. Badingah, S.Sos, Plt. Wakil Kepala LIPI Prof.Dr.Ir. Bambang Subiyanto, M.Agr., dan tamu undangan lainnya. Pembangunan ââ¬ÂGriya Cokelatââ¬Â Nglanggeran ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat untuk tetap berproduksi dan berinovasi, sedangkan bagi pengunjung diharapkan dapat menjadi tempat berbelanja oleh-oleh khas Desa Nglanggeran khususnya olahan coklat. Selanjutnya Griya Cokelat ini diharapkan dapat berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.